Welcome to BPP Kedungwaru

Selasa, 23 Oktober 2018

LIMA STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG


Jagung (Zea mays) yang sudah ”familiar” di kalangan petani seluruh Indonesia. Hampir seluruh bagian tanaman dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Sebagai bahan pangan (minyak goreng, sayuran, lauk, gula jagung, sirup, pati, asam cuka, asam sitrat), bahan pakan (makanan ternak) dan bahan bakar nabati (biofuel-sebagai substitusi premium) serta bahan baku farmasi maupun industri lainnya (pupuk hijau, kompos, bahan kertas, dextrin, aseton, etil alkohol, gliserol, perekat, tekstil dan sebagainya). 

Sebagai bahan penyuluhan maka disajikan 5 strategi peningkatan produksi jagung yaitu peningkatan produktivitas, perluasan areal, pengamanan tanam, kelembagaan dan pembiayaan (Siwi Purwanto, 2007).


1. Peningkatan Produktivitas
Penyuluh dapat membantu memotivasi petani untuk mau melakukan pergeseran mengarah ke penggunaan benih jenis hibrida ataupun jenis komposit unggul. Khususnya untuk daerah yang produksinya < 5 ton/ha. Sedang yang > 6 ton/ha diberi motivasi untuk lebih memantapkan. Motivasi juga diarahkan agar petani mengadakan penerapan PTT.


2. Perluasan Areal
Perluasan areal tanam dapat dilakukan dengan (a) pemanfaatan lahan sawah selama musim kemarau yang tidak ditanami padi, (b) mengoptimalkan lahan kering dan (c) penambahan luas baku lahan kering. Dalam menerapkan strategi ini penyuluh perlu memotivasi agar petani merawat saluran irigasi, membuat embung, sumur resapan atau memperhatikan konservasi lahan sehingga saat musim kemarau tiba lahan sawahnya dapat ditanami jagung. Dalam pemanfaatan lahan kering, perlu dilakukan pewilayahan komoditas agar tidak terjadi tumpang tindih penggunaan lahan dengan komoditas lain. Sehingga proses produksi jagung pada lahan kering berkelanjutan.


3. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengatasi gangguan OPT, dampak fenomena iklim, pengurangan kehilangan hasil akibat penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik. Gangguan OPT dapat diatasi dengan menerapkan sistim pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu dengan menerapkan berbagai cara pengendalian menjadi satu kesatuan pengendalian yang tepat, sehingga OPT tidak menimbulkan kerugian. Pengamanan kualitas dilaksanakan dengan pemantauan residu pestisida, penggunaan pestisida secara bijaksana, dan pengembangan penerapan agen hayati. Pengamanan hasil dan dampak fenomena iklim dilakukan dengan memperkuat antisipasi agar kerusakan tanaman dapat ditekan seminimal mungkin. Upaya mengurangi kehilangan hasil dilakukan dengan menerapkan teknologi panen dan pasca panen yang baik.


4. Kelembagaan 
Dalam rangka pengembangan agribisnis jagung diperlukan penguatan kelembagaan petani maupun kelembagaan usaha dan pemerintah agar dapat berfungsi sesuai dengan peran masing-masing. Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkan kepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang di masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini peran penyuluh sangatlah diharapkan untuk memotivasi agar petani dengan kesadarannya dapat berkelompok untuk membentuk kelompok tani dan yang sudah berkelompok dapat membentuk gabungan kelompok ataupun membentuk assosiasi. Kelembagaan pertanian yang lainnya seperti penangkar benih, pengusaha benih, kios pertanian, pasar desa, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Usaha Penyewaan Jasa Alsintan (UPJA), dan lain-lain, diberdayakan juga seoptimal mungkin untuk mendukung pengembangan agribisnis.


5. Pembiayaan 
Pembiayaan pengembangan jagung antara lain bersumber dari: Kredit Usaha Rakyat (KUR), dana PUAP, atau kemitraan dan lainnya. Dalam menerapkan strategi ini, penyuluh bisa berperan dalam memberikan bantuan penjelasan cara-cara pengajuan pinjaman kredit.


Sumber : http/ sinartani.com/lima strategi peningkatan produksi jagung/membangun kemandirian agribisnis. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar