Welcome to BPP Kedungwaru

Selasa, 09 April 2013

Mutiara Terpendam di Pekarangan

                Penduduk Indonesia 85 % bermukim di pedesaan, kalau  kita  mendengar  kalimat  desa  Asumsi dibenak kita pasti tanah sawah dan  pekarangan yang masih  luas ,jauh  dari  keramian  belum  dijamah  oleh listrik ,dan tehnologi modern namun  
kenyataan  tidak  demikian kondisi sekarang tak  jauh berbeda antara kota dan desa, sekarang tidak jarang desa - desa  yang  jalannya  sudah   mulus   diaspal   dan   penerangan listrikpun sudah merambah sampai dipelosok pelosok pedesaan.

          Sejalan dengan pesatnya perkembangan di perkotaan dampaknya sangat dirasakan sampai di pedesaan, terjadinya revolusi besar-besaran ada nya  alih fungsi lahan pertanian yang produktif  (sawah) berubah menjadi perumahan,perkantoran maupun pabrik-pabrik, padahal lahan sawah selain menghasilkan padi dan polowijo juga mengasilkan sayuran dan buah-buahan maka  dengan kejadian alih fungsi lahan pertanian sangat mengganggu akan kebutuhan bahan pangan dan sayuran.
              Hasil survey dari BPTP Jatim  lahan sawah di Jawa Timur tiap tahun diramalkan  akan berkurang 10 Ha / Tahun, maka pada tahun 2025 nanti diprediksi  lahan sawah di Jawa Timur akan susut  dan tinggal 60 % , artinya  pertanian kedepan akan mengandalkan lahan Pekarangan/Karang kitri  sebagai penghasil sayuran dan buah-buahan  . Salah satu Program pembangunan pertanian di  Jawa Timur yang sedang digarap adalah  M-KRPL  ((Model Kawasan Rumah Pangan Lestari  ) dengan konsep  Pemanfaatan Pekarangan  yang  ramah lingkungan  untuk  pemenuhan kebutuhan Pangan dan Gizi Keluarga dalam mengurangi belanja Rumah tangga  tani  / Peningkatan Pendapatan yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Tiap jengkal tanah kosong dimanfaatkan secara intensif  dengan sentuhan tenohlogi untuk mendapatkan  hasil yang maksimal, padahal kebutuhan bahan pangan ,suyuran  dan b uah-buahan semakin tahun cenderung  terus  meningkat, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut  hanya lahan Pekarangan satu satunya harapan kita .
             Lahan pekarangan dipedesaan, selain berfungsi  untuk pemukiman masih banyak dijumpai ada sisa tanah yang relatif masih luas ,b ila dibanding dengan perkotaan dan perumahan jangankan sisa tanah  halaman  pun sudah tidak ada , kondisi lahan pekarangan dipedesaan relatif masih belum dimanfaatkan secara maksimal untuk tanaman sayuran maupun buah-buahan,bahkan sangat  eronis  sekali  bahwa ibu-ibu dipedesaan akan masak sayur masih menunggu datangnya bakul sayuran mestinya terjadi sebaliknya  harus menjual selebihnya dikonsumsi sendiri kalau benar-benar  lahan pekarangnya dimanfaatkan secara intensif.






Wahai para penyuluh  dipundak  kita  tugas  menunggu ,  mari kita  kerja  saling bahu membahu , lintas  sektoral tidak pandang bulu ,membuat  goresan tinta biru , Mari  kita garap desa maupun kota, untuk mencukupi kebutuhan pangan para warga , Kita gali mutiara terpendam  di pekarangan kita , buah dan sayuran tidak usah belanja , kalau benar mau kita berusaha, memanfaatkan lahan pekarangan yang tersisa,mari kita gerak kan petani didesa maupun kota,  untuk  menenam sayur dan  buah , tanaman organik bebas pestisida ,  aman dikonsumsi  sehatlah genearsi petani pendapatan meningkat  hidup sejahtera.

Ini bukan sulap bukan sihir ,tapi bukan suatu hal yang mustahil 
         Ini  bukan mimpi  yang basi  tapi sungguh bisa terjadi,  petani ingin bukti kita bina dan fasilitasi,dengan jurus-jurus tehnologi tentang budidaya sayuran dan buah-buahan dilahan  pekarangan,khususnya di desa . Untuk lahan pekarangan yang cukup luas kita seting tidak hanya untuk tanaman sayuran saja, tapi lebih dari itu bisa kita manfaatkan untuk ternak ayam buras semi intensif  kita buat kandang berpagar keliling,agar tidak merusak tanaman sayuran , dan bila sumber air mudah juga bisa kita manfaatkan untuk kolam ikan , dari hasil ternak ayam buras berupa telor dan daging dan hasil kolam ikan, merupakan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan dan pertumbuhan pada anak-anak balita.

    Bagaimana untuk wilayah perkotaan atau perumahan,jangankan lahan kosong halamanpun tidak ada ,namun masih bisa kita upayakan untuk menghasilkan sayuran, dengan cara penanaman sayuran di pot atau poly bag , dibuatkan para-para sebagai tempat dan  diatur sedemikian rupa sehingga tidak semata-mata  sekedar tanaman sayuran tapi lebih dari itu juga sebagai  tanaman hias dan penyejuk pemandangan .

      Tujuan Gerakan menanam sayuran baik di pedesaan maupun diperumahan/perkotaan adalah :
-Meningkatkan SDM masyarakat baik didesa paupun di perkotaan, untuk mau menanam sayuran.
-Mencukupi kebutuhan bahan pangan khususnya sayuran dan buah-buahan,sehingga terpenuhi        kecukupan gizi keluarga.
-Menghemat  pengeluaran,anggaran untuk belanja sayuran bisa ditabung
-Sayuran produk sendiri sehat dan aman dikonsumsi karena tanpa pestisida  .
       Budaya menabung, ini suatu hal yang mudah diucapkan, namun sulit dilakukan,tidak usah jauh kita sendiri untuk menabung prakteknya masih sulit, umumnya istilah menabung itu adalah :  menabung dulu lalu diambil kemudian dikala kita butuh, ini istilah kuno tapi dizaman modern ini ambil dulu nabung kemudian alias kontrak hutang dulu.  Untuk para ibu-ibu tani didesa bagaimana  apa bisa menabung, pinjam istilah Bpk. SBY   “ B I S A  “ bagaimana caranya. Coba kita cermati setiap pagi semua ibu-ibu pasti butuh bahan untuk masak,baik sayuran dan lauk pauk, contoh  untuk keluarga kecil pengeluaran setiap hari khusus untuk sayuran ( Bayam,kakung,kacang panjang,lombok ,tomat dll) Taruhlah   Rp 1.500 , untuk sayuran saja maka dalam 1 bulan ibu-ibu rumah tangga harus mengeluarkan  belanja sebanyak Rp  45.000, kalau sayuran dan lain nya  sudah bisa dipenuhi dari hasil kebun sendiri atau tanaman dipot, maka ibu2 tani bisa menghemat  anggaran untuk belanja sayuran bisa ditabung .
                                                                                                                            Oleh : piet raharjo

4 komentar: