Welcome to BPP Kedungwaru

Kamis, 09 Februari 2017

Penggerek Pucuk Tebu, Hama Apakah Itu??

 

Hama penggerek pucuk tebu menurut Kalshoven, 1981 diklasifikasikan Phyllum
Arthropoda, Kelas Insecta, Bangsa Lepidoptera, Suku Pyralidea, Marga Scirpophaga,
Jenis Scirpophaga novella. Scirpophaga nivella Fabricus meletakkan telurnya pada
bagian bawah permukaan daun secara berkelompok, dan tersusun seperti sisik ikan
yang tertutup selaput berwarna coklat kekuningan. Jumlah telur mencapai 6-30 butir.
Setelah 8-9 hari telur menetas.
Ulat yang keluar dari telur menuju daun yang masih muda dengan cara
menggantung pada benang-benang halus yang dikeluarkan dari mulutnya. Larva akan
menggerek daun dan menuju ibu tulang daun, larva menggerek menuju titik tumbuh
batang dan menembus batang. Setiap batang berisi satu ekor penggerek (Kalshoven
1981). Ulat tersebut pada umur muda berwarna kelabu, kemudian berubah berwarna
kuning kecoklatan dan pada saat mendekati stadium pupa berwarna kuning putih.
Stadium pupa calon betina 8-10 hari dan calon jantan 10-12 hari. Kupu-kupu
betina sudah dapat bertelur sehari setelah keluar dari kepompong kupu-kupu
mempunyai warna sayap dan punggung putih dengan jambul berwarna merah. Siklus
hidup penggerek betina 48-58 hari dan jantan 50-56 hari (Handjojo, 1976).

Gejala Serangan
Gejala serangan pada helai daun terdapat lubang melintang dan ibu tulang
daun terlihat bekas gerekan berwarna coklat. Daun yang terserang akan menggulung
dan kering yang disebut mati puser. Apabila batang dibelah maka akan kelihatan
lorong gerekan dari titik tumbuh ke bawah kemudian mendekati permukaan batang dan
sering menembus batang. Oleh karena itu serangan penggerek pucuk dapat
menyebabkan kematian. Pada ruas batang yang muda yaitu di bawah titik tumbuh
terdapat lubang keluar ngengat (Djasmin, 1984).
Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Hama Penggerek Pucuk
1. Teknik bercocok tanam
Waktu tanam yang tidak serentak merupakan kondisi yang baik bagi perkembangan
populasi hama penggerek pucuk tebu. Tebu yang ditanam lebih awal bisa menjadi
sumber investasi hama penggerek pucuk bagi tanaman tebu yang ditanam berikutnya.
Tebu yang ditanam awal merupakan inang (host) bagi penggerek pucuk dalam
memenuhi kebutuhan makan, tempat tinggal dan berkembang biak. Akibatnya akan
diperoleh sumber serangan yang besar dan sangat berpotensi untuk merusak tebu
yang ditanam berikutnya.
2. Tanaman inang
Sifat morfologi dan anatomi tebu mempunyai korelasi dengan serangan
penggerek pucuk (Anonymous, 1995). Tebu dengan tulang daun yang keras atau
tulang daun dengan banyak lekukan pada epidermis bagian bawah lebih tahan
terhadap serangan hama penggerek pucuk. Kekerasan pupus dapat mengurangi
serangan hama penggerek pucuk. Kemampuan menyerang penggerek pucuk juga
dipengaruhi oleh umur tanaman. Penggerek pucuk umumnya menyerang tanaman
muda berumur lebih kurang 2 bulan.
3. Faktor lingkungan
Tingkat serangan penggerek pucuk pada tanaman tebu di lapang lebih banyak
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan daripada jenis tebu. Semakin tinggi
curah hujan serangan penggerek pucuk cenderung meningkat ( Wiriatmojo, 1978).
Curah hujan yang tinggi meningkatkan kelembapan tanah dan merupakan tempat yang
sangat baik untuk pengembangannya.
4. Faktor musuh alami
Keberadaan musuh alami di lapang juga mempengarungi populasi hama,
musuh alami yang dapat mengendalikan hama penggerek pucuk adalah parasit
Trichogramma. Kerugian akibat serangan penggerek pucuk yang terjadi pada 1 s/d 5
bulan sebelum tebang menyebabkan rendemen gula berkurang 15-77% ( Anonymous,
1989).
Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Tebu
Dengan kondisi luas serangan yang merata di seluruh Indonesia, maka strategi
pengelolaan hama penggerek pucuk tebu yang paling tepat adalah dengan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknik Pengendalian Hama Terpadu yang dapat
diterapkan diantaranya:
Pengendalian mekanis
Pengendalian mekanis dapat langsung dilakukan pada saat melakukan pengamatan di
kebun yaitu dengan memungut atau mengambil telur atau kelompok telur, larva atau
ulat atau pupa atau serangga dewasa pada bagian tanaman yang terserang secara
langsung dan membunuhnya.
Pengendalian Kultur Teknis atau Budidaya
1) Pengendalian dengan cara kultur teknis atau budidaya dapat dilakukan dengan
cara Penggunaan bibit unggul,
2) Penggunaan pupuk berimbang yang sesuai dengan jenis, dosis, waktu dan
cara pemakaian yang dianjurkan
3) Pengaturan pola tanam
4) Penanaman serentak
5) Pengaturan jarak tanam
6) Pergiliran tanaman
Pengendalian Hayati atau Biologis
a. Konservasi musuh alami
Konservasi musuh alami merupakan cara yang paling murah dan mudah
dilakukan oleh petani baik sendiri atau berkelompok. Konservasi musuh alami
merupakan usaha kita untuk membuat lingkungan kebun disenangi dan cocok
untuk kehidupan musuh alami terutama kelompok predator dan parasitoid.
b. Pelepasan musuh alami
Pelepasan musuh alami dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh
alami dari tempat lain, kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Musuh
alami hama penggerek pucuk berupa parasit telur dan parasit larva. Parasit
telur misalnya Trichogramma japonicum. Dalam 1 (satu) periode dilakukan 8
(delapan) kali aplikasi dan dilakukan tiap minggu sejak tanaman usia 1,5 bulan.
Tiap aplikasi dibutuhkan 50 pias/ha. Parasit Trichogramma japonicum dapat
diperoleh di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
(BBPPTP) surabaya yang beralamat di Jalan raya Mojoagung, No. 52
Mojoagung Jombang Jawa Timur.
Pengendalian Kimiawi
Aplikasi insektisida kimia hanya dilakukan jika persentase serangan hama
penggerek pucuk dengan kategori serangan berat sudah mencapai 40 %. Jenis
insektisida yang dianjurkan adalah golongan karbamat, antara lain Karbofuran
Furadan 3GR, Petrofur 3GR, Furio 3GR konsentrasi yang digunakan sesuai
rekomendasi 10kg/Ha.
Dengan melakukan kegiatan perlindungan yang dimulai sejak pengenalan hama,
pengamatan agro-ekosistem secara teratur, analisis hasil pengamatan agroekositem,
pengambilan keputusan, tindakan berbagai teknik pengendalian yang dilakukan secara
terpadu dan kompatibel, dan evaluasi dari setiap tahap kegiatan perlindungan tanaman
maka produksi dan kualitas gula akan meningkat dan Insya Allah Indonesia akan
menjadi kiblatnya GULA dunia.

1 komentar: