Pemupukan
tanaman bawang merah merupakan tahapan penting dalam budidaya tanaman. Untuk
keberhasilan budidaya diperlukan kejelian atau ketelitian dalam pemupukan
dengan melihat kondisi tanaman di lahan, tidak cukup hanya dengan teori saja
tetapi harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi tanaman saat itu.
Pada
pemupukan tanaman bawang merah pada tanam musim penghujan dan musim kemarau ada
perbedaannya, yaitu masalah kebutuhan N (Nitrogen)nya. Pada waktu musim hujan
kebutuhan nitrogen tanaman dibantu dari air hujan yang mengandung Nitrogen
tinggi, sedangkan untuk tanam musim kemarau hanya didapat dari tanah saja.
Apabila tanaman kelebihan zat nitrogen, pada waktu musim penghujan akan
menyebabkan tanaman terlalu subur dan mudah terserang penyakit, seperti busuk
daun, embun tepung, bakteri, dll. Dan sebaliknya bila kekurangan zat nitrogen
pertumbuhan tanaman akan lambat dan kerdil. Untuk itu perlu pemupukan serta
pemilihan kandungan pupuk yang tepat.
Setelah lahan selesai diolah, kegiatan selanjutnya adalah pemberian
pupuk dasar. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang
seperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10 – 20 t/ha atau pupuk kandang ayam
dengan dosis 5-6 t/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 t/ha khususnya pada lahan
kering. Selain itu pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha (70 – 90 kg
P2O5/ha), yang diaplikasikan 2-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar lalu
diaduk secara merata dengan tanah. Balitsa merekomendasi penggunaan pupuk
organic (kompos) sebanyak 5 t/ha yang diberikan bersama pupuk TSP/SP-36.
Pemberian pupuk organik tersebut untuk memelihara dan meningkatkan
produktivitas lahan. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa kompos tidak
meningkatkan hasil bawang merah secara nyata, tetapi mengurangi susut bobot
umbi (dari bobot basah menjadi bobot kering jemur) sebanyak 5% (Hidayat et
al. 1991).
Pemupukan susulan I berupa pupuk N dan K dilakukan pada umur 10 – 15
hari setelah tanam dan susulan ke II pada umur 1 bulan sesudah tanam,
masing-masing ½ dosis. Macam dan jumlah pupuk N dan K yang diberikan adalah
sebagai berikut : N sebanyak 150-200 kg/ha dan K sebanyak 50-100 kg K2O/ha atau
100-200 kg KCl/ha. Komposisi pupuk N yang paling baik untuk menghasilkan umbi
bawang merah konsumsi adalah 1/3 N (Urea) + 2/3 N (ZA) (Tabel 1).
Pupuk K sebanyak 50-100 kg K2O/ha diaplikasikan bersama-sama pupuk N
dalam larikan dan dibenamkan ke dalam tanah. Sumber pupuk K yang paling baik
adalah KCl atau K2MgSO4 (Kamas). Untuk mencegah kemungkinan kekurangan unsur
mikro dapat digunakan pupuk pelengkap cair yang mengandung unsur mikro.
Dari
penelitian pemupukan bawang merah di lahan bekas tanaman padi sawah di dataran
rendah (tanah Aluvial) dengan menggunakan pupuk N sebanyak 200-300 kg (1/2
N-Urea + ½ N-ZA) yang dikombinasikan dengan P2O5 sebanyak 90 kg, K2O sebanyak
50-150 kg
Per hektar diketahui bahwa produktivitas dan mutu bawang merah
meningkat (Suwandi dan Hidayat 1992, Hidayat dan Rosliani 1996). Tidak ada
perbedaan yang nyata hasil umbi tanaman bawang merah yang diberi kompos (5
t/ha) + ZA (500 kg/ha) + Urea (200 kg/ha) + SP-36 (200 kg/ha) + KCl (200 kg/ha)
dengan yang diberi kompos (5 t/ha) + NPK 16-16-16 (600 kg/ha) + ZA (500 kg/ha)
(Hidayat et al. 2003). Begitu pula di dataran medium (jenis tanah
asosiasi Andosol-Latosol) pemberian 90 kg/ha P2O5 dikombinasikan dengan 200 kg
N/ha (1/3 N-Urea + 2/3 N-Za) dan 100 kg K2O/ha dapat meningkatkan hasil umbi
bawang merah (Gunadi dan Suwandi 1989).
Tabel 1. Pengaruh penggunaan
pupuk N dan P terhadap hasil umbi bawang merah
Jenis
dan dosis pupuk
|
Bobot
umbi basah
(kg/9 m2)
|
Komposisi N
Urea
Za
½ N (Urea) + ½ N (ZA)
1/3 N (Urea) + 2/3 N (ZA)
¼ N (Urea) + ¾ N (ZA)
1/5 N (Urea) + 4/5 N (ZA)
Dosis P (kg/P2O5/ha)
60
120
180
240
|
16,64
14,40
15,87
17,01
15,96
16,64
15,40
15,63
16,72
16,58
|
Sumber
: Hilman dan Suwandi (1990)
Hasil-hasil
penelitian pemupukan N pada bawang merah menunjukkan bahwa penggunaan campuran
Urea + ZA lebih baik dibandingkan penggunaan Urea atau ZA saja. Pupuk ZA selain
mengandung N (21%) juga mengandung S (23%). Bawang merah merupakan salah satu
jenis tanaman yang membutuhkan banyak sulfat. Sulfat memegang peranan penting
dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan beberapa parameter penentu
kualitas nutrisi tanaman sayuran (Schung 1990). Jumlah S yang dibutuhkan
tanaman sama dengan jumlah P (Yamaguchi 1999). Menurut Hamilton et al. (1998)
ketajaman aroma tanaman bawang merah berkorelasi dengan ketersediaan S di dalam
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas kritis sulfat untuk bawang
merah bervariasi antara 50-90 ppm tergantung pada tipe tanahnya. Pemberian S dengan
dosis 20-60 ppm meningkatkan serapan S, P, Zn dan Cn (Hatta et al. 2001),
sedangkan menurut Hilman dan Asgar (1995) bawang merah membutuhkan S sebanyak
120 kg S/ha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar