Cara Budi Daya
Ikan Hias
Oleh
: Budi Kasiyono, SP
Budidaya ikan hias dapat menggunakan wadah dari berbagai jenis selama tidak
bocor. Wadah budidaya yang sering digunakan untuk ikan hias adalah akuarium,
kolam bak semen, kolam terpal/plastik, bak fiber glass dengan ukuran yang
beragam. Selain itu juga dapat dimanfaatkan barang-barang bekas yang tidak
bocor dan dapat ditambal dengan ukuran dan diameter yang beragam ukurannya.
Wadah budidaya ikan sistem airnya ada yang mengalir dan ada yang tergenang.
Wadah pembudidayaan ikan hias ini terdiri dari wadah perawatan induk,
pemijahan, penetasan telur, pendederan, pembesaran dan penampungan hasil.
Tetapi wadah yang digunakan tergantung dari jenis ikan dan yang utama adalah tergantung
dari luas lahan dan modal yang dimiliki.
Ikan hias mempunyai kemampuan hidup
pada lingkungan yang beragam. Lingkungan hidup ikan yang sangat mempengaruhi
adalah air, suhu, derajat keasaman (PH), kesadahan air, kandungan oksigen
terlarut dan kecerahan. Untuk membudidayakan ikan hias haruslah sesuai dengan
kondisi lingkungan air disekitar kita. Lingkungan air yang ideal bagi ikan hias
rata-rata adalah untuk suhu air 24 – 300C, PH 6-7, oksigen terlarut > 3 ppm
dan kecerahan air 30 – 60 cm.
Sumber air untuk budidaya ikan hias
antara lain berasal dari air tanah, air sungai dan air PAM. Jenis-jenis air
tersebut harus diendapkan dahulu minimal 12-24 jam sebelum dipakai agar
kandungan oksigen terlarutnya cukup dan gas-gas yang lain hilang.
Untuk membuat PH yang sesuai dengan
kehidupan ikan hias dapat dilakukan dengan memberikan kapur pertanian atau
kapur bordo dengan dosis secukupnya bila terlalu asam/basa.
Kesadahan air menunjukkan kandungan
mineral seperti kalsium, magnesium dan seng. Tingginya kesadahan sangat
dipengaruhi oleh kondisi sekitar seperti jenis tanaman sekitar sumber air dan
mikroorgnisme. Kesadahan atau kekerasan air yang ideal untuk budidaya ikan hias
air tawar berkisar antara 70 – 100 HD
Kandungan nitrit dalam usaha
budidaya ikan berasal dari sisa pakan, kotoran ikan, lumut, tanaman mati yang
terdekomposisi dalam siklus nitrogen. Kandungan nitrit berpengaruh terhadap
kesehatan yang berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan ikan
Pakan untuk ikan hias
yang diberikan biasanya adalah pakan alami dan pakan buatan. Jenis pakan alami
yang biasa diberikan yaitu infusoria, kutu air, jentik nyamuk, cacing sutera,
artemia, serangga, kodok, ikan hidup/mati. Sedangkan pakan buatan adalah pakan
yang bahan dasarnya juga berasal dari pakan alami. Pakan buatan umumnya
berbentuk pellet yang kadar proteinnya dapat diatur sesuai kebutuhan
pertumbuhan ikan.
Dalam pemijahan ikan hias diperlukan
indukan ikan jantan dan betina. Induk yang akan digunakan harus mencukupi umur
untuk dipijahkan dan sudah matang gonad (kelamin). Untuk mengetahui tingkat
kematangan gonad pada ikan hias dapat dilihat dari cirinya. Ciri induk matang
gonad untuk induk betina antara lain perut gendut ke arah genital dan bila
diraba terasa lembek serta halus, genital menonjol (membuka) dan bila diurut
akan keluar beberapa telur. Sedangkan induk jantan yang matang gonad dicirikan
bila diurut kearah genital akan mengeluarkan cairan sperma. Ikan hias akan
mengalami matang gonad dan dapat dipijahkan pada umur 4 – 12 bulan tergantung
jenis ikannya. Calon indukan kondisi badannya harus sehat, tidak terjangkit
penyakit dan berasal dari keturunan (gen) yang baik dan bagus. Untuk
mendapatkan calon indukan adalah dengan jalan membeli, diperoleh dari antar
pembudidaya ikan hias, dari hobiis atau menghasilkannya sendiri.
Pemijahan ikan untuk proses
pembuahan telurnya ada yang berlangsung secara internal dan eksternal. Ikan
hias ada yang bertelur dan ada yang beranak. Perlakuan proses pemijahan berbeda
tergantung jenis ikannya. Oleh karena itu harus disiapkan media, bahan, alat
yang diperlukan dalam proses pemijahan. Tidak semua ikan hias dapat melakukan
pemijahan secara alami. Untuk membudidayakan ikan hias yang tidak bisa memijah
secara alami dapat dilakukan dengan cara menyuntikkan hormon perangsang
(induced spawning) agar bisa memijah baik secara alami atau melalui pengurutan
(stripping). Perlu diketahui untuk membudidayakan ikan hias sebaiknya hindari
pemijahan satu keturunan (inbreeding).
Telur akan menetas tergantung dari
jenis ikannya. Biasanya telur akan menetas setelah 24 jam menjadi larva.
Penetasan (inkubasi) telur dapat dilakukan di akuarium,kolam permanen, corong
dan happa. Dalam proses penetasan ada yang dilakukan dengan cara diangkat induk
secara keseluruhan atau ada yang induknya ditinggal salah satunya. Proses
penetasan telur ada yang memerlukan aerasi dan ada yang tidak.
Perawatan Larva hingga Pembesaran
Telur yang sudah menjadi larva akan
mulai berenang kesana-kemari. Larva ikan dapat ditempatkan dalam akuarium,
hapa, kolam bak, bak plastik, fiber glass dan kolam tanah serta wadah lainnya.
Selama mulai menetas sampai umur ±
seminggu larva tidak perlu diberi makan karena masih membawa cadangan makanan
berupa kuning telur (yolksack). Setelah seminggu sudah mulai diberikan makanan
berupa infusoria, kutu air atau artemia, cacing sutera atau jenis makanan
lainnya baik dari pakan alami atau buatan yang ukurannya lebih kecil dari mulut
larva. Setelah ikan berukuran benih dan mulai besar pakan yang diberikan berupa
kutu air, jentik nyamuk, cacing sutera, serangga, kodok, ikan hidup/mati atau
pellet. Pemberian pakan yang umum dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
Kepadatan penebaran benih ikan harus
disesuaikan dengan luasan media budidaya, jangan terlalu padat atau terlalu
jarang. Bila terlalu padat menyebabkan pertumbuhan ikan lambat dan jika jarang
tidak efisien penggunaan media budidaya (pemborosan).
Air yang menjadi tempat benih ikan
hidup, akan mengalami penurunan kualitas yaitu air menjadi kotor akibat sisa
makanan dan kotoran ikan. Oleh karena itu diperlukan pembersihan air
(penyiponan). Caranya dengan membuka pipa pembuangan atau menyedotnya. Air yang
dibuang tidak semuanya, maksimal ¾ bagiannya. Setelah itu diisi kembali dengan
air yang sudah diendapkan sebelumnya jangan air baru. Makanya para pembudidaya
harus memiliki tendon air agar dapat melakukan penyiponan kapan saja. Frekuensi
penyiponan air semakin sering semakin baik dan paling lambat sekali seminggu.
Ikan-ikan yang terawat akan
mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan dan perkembanga ikan biasanya tidak seragam.
Ada yang besar lebih dahulu, normal dan ada yang bantet (kontet). Untuk itu
perlu dilakukan penyortiran dan pedederan ikan. Ikan-ikan yang berukuran
seragam dikelompokkan berdasarkan ukuran agar pertumbuhannya seragam. Setelah
dilakukan pendederan ini perlu dilakukan pendederan selanjutnya. Antara anakan
jantan dan betina harus disortir dan dipisahkan untuk menghindari pemijahan
dini he….supaya pertuumbuhan ikan normal dan untuk menyiapkan calon indukan.
Lama proses pemeliharaan ikan hias
sampai ikan siap jual tergantung pada jenis ikannya. Pada umur 1-2 bulan
biasanya ikan sudah berukuran 1-2 inci. Jadi dapat diukur pertumbuhan ikan dan
kapan ikan itu bisa dijual tergantung pada jenis dan ukurannya. Ikan hias bisa
dipasarkan kapan saja tergantung dari kebutuhan pembudidayanya.
Hama dan Penyakit
Pada budidaya ikan hias, pembudidaya
ada kalanya menghadapi hama dan penyakit. Hama yang perlu ditanggulangi adalah
ular, burung, katak, larva capung, keong dan yang paling penting adalah
manusia. Penyakit yang menyerang ikan hias adalah penyakit yang disebabkan oleh
bukan parasit (non parasiter) dan penyakit yang timbul karena serangan parasit.
Penyakit yang berasal dari
non-parasiter biasanya bersumber dari faktor lingkungan dan terutama adalah
makanan. Makanan yang tidak dibersihkan akan mengundang berbagai macam
penyakit. Oleh karena itu makanan yang diberikan sebelumnya harus dicuci dulu
agar bersih baru diberikan. Pemberian pakan yang berlebihan dan tidak sesuai
akan mengakibatkan adanya gejala kekurangan oksigen dan keracunan. Lingkungan
yang lainnya adalah adanya perubahan temperatur, PH dan kesadahan yng tidak
sesuai ambang batas normal. Perubahan temperatur biasanya terjadi pada saat
musim pancaroba. Pada saat inilah cupang banyak terserang penyakit. Oleh karena
itu harus selalu mengontrol keadaan air.
Penyakit parasiter disebabkan karena
adanya serangan parasit pada badan ikan, insang, lendir maupun dalam tubuh ikan
itu sendiri. Parasit ini dapat berupa protozoa, cacing, udang renik, jamur,
bakteri dan virus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar