Latar Belakang
Prioritas perhatian terhadap
penggunaan pupuk masih bertumpu kepada unsur makro, seperti nitrogen, phosphor
dan kalium. Penelitian penggunaan unsur hara lainnya terutama belerang (S) agak
terabaikan. Padahal jauh sebelumnya para peneliti melaporkan bahwa
daerah-daerah di Indonesia sudah menderita kekurangan unsur belerang. Contoh
kasus tanah sawah kekurangan unsur S dilaporkan bahwa 55% dari kecamatan
dipropinsi Jawa Barat menunjukkan status hara unsur S antara marjinal dan
rendah. Di jalur Pantura yang dikenal sebagai sentra produksi padi terbesar di
Jawa Barat ternyata 75% kecamatannya telah menunjukkan kekurangan unsur
belerang. Fakta ini menunjukkan kekurangan unsure belerang bukan saja terjadi
di Jawa Barat, tetapi mungkin juga terjadi di areal persawahan seluruh
Indonesia kecuali dilahan bergambut. Hal ini perlu adanya pendataan peta
penyebaran kekurangan belerang agar memudahkan program sulfurisasi.
Peranan Belerang
(Sulfur)
Belerang merupakang unsure makro di
antara 16 unsur esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Kebutuhan
belerang bagi tanaman kurang lebih sama dengan phosphor. Penggunaan pupuk N, P
dan K yang selama ini tidak mengandung belerang seperti Urea, TSP (1-2%) dan
KCL. Padahal terjadi kekurangan belerang dapat disebabkan oleh pemupukan yang
bebas belerang atau mengandung S sangat sedikit. Penanaman tebu dan varietas
padi yang berpotensi berproduksi tinggi menyerap belerang dalam jumlah yang lebih
besar. Bahkan praktek pertanaman intensif dan pola tanam ganda yang memerlukan
suplai S yang lebih besar, pada gilirannya menyebabkan kekurangan unsure
tersebut. Factor lainnya ialah akibat digunakannya sisa tanaman seperti jerami
untuk makanan ternak dan bahan baku industri, turunnya penggunaan pestisida
yang mengandung S, turunnya cadangan S tanah karena pencucian, terutama sulfat
(SO4 ) oleh air hujan.
Sulfur terdapat di dalam tanaman
dalam bentuk protein, sulfat dan senyawa yang mudah menguap (S-glukosida).
Karena pemberian pupuk S ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan protein
hasil panen. Di samping sebagai komponen protein, sulfur berperan pada
perkembangan klorofil, walaupun bukan komponen klorofil. Tanaman yang menderita
kekurangan sulfur memperlihatkan warna daun yang pucat kekuning-kuningan.
Penambahan Belerang
pada Tanah
Peranan pupuk ZA yang mengandung unsure belerang selain dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk P, juga bisa diandalkan untuk mempertahankan
produktifitas. Penggunaan pupuk ZA dapat meningkatkan hasil gabah dan rendeman
tebu. Penggunaan pupuk ZA dapat meningkatkan hasil lebih nyata, yakni sekitar
14%. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, maka untuk keperluan perencanaan dan
pelaksanaan intensifikasi tanaman padi sawah, anjuran dosis pepupukan ZA
didasarkan kepada Peta Penyebaran Kekurangan Belerang pada Padi Sawah.
Daerah-daerah yang berlegenda marjinal menggunakan 50 kg ZA / Ha. Anjuran
penggunaan pupuk ZA harus disertai cara penghitungan pengurangan dosis Urea setara
Nitrogen yang terkandung dalam ZA. Pengurangan ZA tanpa mereduksi pemakaian
Urea akan mengakibatkan pemupukan berat sebelah N yang bertentangan dengan
konsep pemupukan berimbang.
Penambahan belerang pada tanah dapat
juga melalui pemberian pupuk Kalsium sulfat (CaSO4)
yang biasanya dalam bentuk gips. Pemberian kompos atau pupuk kandang disamping
menambah unsure S, juga hara-hara mikro lainnya yang diperlukan tanaman dan
menambah aktifitas jasad renik dan makhluk kecil lainnya di dalam tanah. Semua
itu penting untuk meningkatkan kesuburan dan produktifitas tanah.
Tulisan keren kak,saya penjual motor si Tulungagung, kediri dan Trenggalek. Klik disini
BalasHapus