Mengatasi Penyakit Tanaman Cabai Antraknosa (Busuk Buah) dab Keriting Daun
Posting by : Mulyo Apriyanto, SP
Dua Musuh Utama Petani Cabai
Antraknosa
Penyakit yang menyerang buah cabai itu disebut busuk buah, yang dikenal
dengan nama antraknosa. Penyebabnya, cendawan Colletotrichum sp atau
cendawan Gloeosporium sp. Serangannya terutama terjadi di daerah
berkelembapan tinggi, seperti Cipanas. Maka, tak heran kalau tanaman
cabai di sana sering terserang hama ini.
Gejala awal serangannya berupa bintik-bintik hitam pada buah, biasanya
buah yang sudah tua. Bintik-bintik itu akan berkembang menjadi bercak
hitam yang cukup besar, yang selanjutnya akan melingkari buah cabai.
Pada stadia berikutnya, bagian buah yang terserang akan tampak membusuk
dan kering, yang berakhir dengan rontoknya buah.
Cendawan penyebab antraknosa ini masih bisa bertahan hidup pada
cabai-cabai yang sudah dipanen dan disimpan. Kalau cabai yang terserang
itu kemudian diambil bijinya untuk dijadikan bibit, maka tanaman
generasi berikutnya akan tertular.
Keriting Daun
Terjadinya keriting daun pada cabai bisa karena ulah virus, bisa juga
karena serangan hama penusuk-pengisap yang berupa kutu dan (Myzus
persicae), tungau (Tetranychus sp), dan thrips. Serangannya bisa terjadi
di segala musim, tapi yang terberat terjadi pada musim kemarau.
Dibandingkan dengan penyakit antraknosa, serangan keriting daun ini
lebih banyak dikeluhkan. Hal ini bisa dimengerti, karena umumnya
penanaman cabai dilakukan di dataran rendah yang kelembapan udaranya tak
begitu tinggi. Tapi kalau penanamannya dilakukan di dataran tinggi
basah, seperti Cipanas, maka antraknosa akan menjadi penyakit utama di
sana.
Mengatasi Penyakit Tanaman Cabai Antraknosa (Busuk Buah) dan Keriting Daun
Untuk mengatasi ancaman penyakit utama tanaman cabai itu, maka segala
aspek budidaya harus diperhatikan. Pemilihan bibit, pengaturan pola
tanam, maupun penggunaan pestisida harus dilakukan secara baik. Menurut
peneliti dan perusahaan pestisida, caranya adalah sebagai berikut :
1. Benih Harus Bebas Cendawan
Benih harus bebas dari cendawan penyakit. Kalau benih itu dipersiapkan
sendiri, jangan sekali-kali memanfaatkan buah cabai yang terserang
antraknosa. Kalau benih itu dibeli dari toko benih, dipilih yang sudah
bersertifikat.
2. Pengaturan Jarak Tanam
Dalam penanaman di musim hujan, jarak tanamnya harus diperpanjang, agar
kebun tidak lembap. Kelembapan kebun akan menyebabkan cendawan penyebab
antraknosa berkembang pesat. Kalau jarak tanam pada musim kemarau cukup
60 x 70 cm, maka pada musim hujan diperpanjang menjadi 70 x 100 cm.
3. Penggunaan Pestisda Secara Dini
Untuk mencegah serangan keriting daun, penyemprotan insektisida harus
dilakukan lebih dini. Penyemprotan dimulai sejak tanaman berumur 2
minggu di lapangan, dengan selang waktu 7 – 10 hari. Insektisida yang
digunakan harus berganti-ganti mereknya. Beberapa insektisida yang
dianjurkan untuk menanggulangi keriting daun tercantum pada tabel.
PESTISIDA YANG DIANJURKAN UNTUK MENCEGAH SERANGAN KERITING DAUN DAN ANTRAKNOSA
| ||
Jenis Serangan
|
Nama Pestisida
|
Nama Bahan Aktif
|
Penyakit antraknosa karena candawan Colletotrichum sp | Delsene MX 200, Velimex 80 WP | Karbendazim 6,2 %, mankoseb 73,8 %,meneb 72 %, dan zineb 8 % |
Penyakit antraknosa karena cendawan Gloeosporium sp | Topsin M 70 WP | Metil tiofanat 70 % |
Keriting daun karena kutu daunMizus Persicae | Alystin 25 WP, Supracide 40 EC, Curacron 500 EC, Tokuthion 500 EC, Nudrin 215 WSC | Triflum 25 %, metidation 420 g/l, profenofos 500 g/l, protiofos 500 g/l, metomil 215 g/l |
Keriting daun karena tungauTetranichus sp | Meothrin 50 EC, Tedion 75 EC | Fenpopatrin 50 g/l, tetradifon 75,29 g/l |
Keriting daun karena Thrips | Dekasulfan 350 EC, Sematron 75 SP, Mesurol 50 WP | Endosulfan 350 g/l, asefat 74,97 %, merkaptodimetur 50 % |
Konsentrasi dan volume semprotnya mengikuti aturan dari masing-masing
insektisida. Untuk mencegah penyakit antraktonas, penyemprotan fungisida
harus sudah dilakukan sejak buah mulai terbentuk, yaitu 2 minggu
setelah buah muncul. Selang waktu penyemprotan 7 – 10 hari, volume
semprot dan konsentrasinya menurut anjuran dalam setiap kemasan fungida.
4. Pergiliran Tanaman
Penanaman cabai secara terus-menerus jelas akan mmelipatgandakan jumlah
hama/penyakit. Oleh karena itu, harus dilakukan pergiliran tanaman. Dan
sebaiknya penanaman cabai hanya dilakukan sekali dalam setahun. Dengan
cara ini, siklus hidup hama atau penyakit akan terhenti, sehingga
serangannya pada musim tanam berikutnya akan berkurang.
5. Pemupukan yang Cukup
Pemupukan yang cukup akan membuat tanaman cabai tumbuh lebih baik,
sehingga daya tahannya terhadap hama dan penyakit meningkat. Seorang
peneliti di balai Penelitian Hortikultura Lembang (Jabar) menganjurkan,
agar tanaman dipupuk dengan dosis 150 kg N, 60 kg P205 dan 50-100 kg K2O
per hektar.
Demikianlah lima jurus yang dianjurkan dalam menanggulangi ancaman hama/penyakit pada tanaman cabai. Semoga Bermanfaat.
Sumber : Nanda Oktora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar