Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Posting By :
Mulyo Apriyanto, SP
Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di
usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui
perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup,
warung hidup atau apotik hidup.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan : (1) bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya; (2) sayur dan buah-buahan; (3) unggas, ternak kecil dan ikan; (4) rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; (5) bahan kerajinan tangan; (7) uang tunai.
Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta (Peny,DH dan Benneth Ginting, 1984), secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan : (1) bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya; (2) sayur dan buah-buahan; (3) unggas, ternak kecil dan ikan; (4) rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; (5) bahan kerajinan tangan; (7) uang tunai.
Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta (Peny,DH dan Benneth Ginting, 1984), secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%.
Fasilitas
Pekarangan :
Dalam pekarangan dilengkapai beberapa fasilitas yang meruapan kebutuhan anggota keluarga yaitu: Lahan pertanaman, Kandang ternak, Kolam ikan, Lumbung atau gudang, Tempat menjemur hasil pertanian, Tempat menjemur pakaian, Halaman tempat bermain anak-anak, Bangku, Sumur, Kamar mandi, Tiang bendera, Tiang lampu, Garasi, Lubang sampah, Jalan setapak, Pagar,Pintu Gerbang dan lain-lain.
Zonasi
Pekarangan :
Zona pekarangan dibagi menjadi Halaman depan (buruan), halaman samping (pipir) dan halaman belakang (kebon). Halaman depan merupakan area penempatan lumbung, tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian, halaman samping adalah tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi dan untuk halaman belakang terdiri dari bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak, tanaman industri.
Potensi
Pemanfaatan Pekarangan :
-Tanaman pangan: umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buah, bumbu, obat .
-Tanaman yang bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong, tanaman pot, tanaman taman),
-Ternak: unggas hias, petelur, pedaging. Ikan: hias, produksi daging, dll.
Dengan teknik budidaya sebagai berikut :
1.Budidaya Organik
Budidaya tanaman secara organik – sesedikit mungkin menggunakan bahan anorganik.Bahan organik berasal dari sisa kegiatan hulu pertanian. Bahan-bahan sisa kegiatan pertanian berupa sekam, arang sekam, sabut kelapa, kulit kacang tanah, serbuk gergaji, sampah daun bambu, bahkan sampah rumah tangga dan lumpur endapan kolam ikan.
Teknik-teknik baru menggunakan EM4, dekomposisi bahan organik ini menjadi kompos telah dapat dipercepat dari 2-4 bulan menjadi 2-4 minggu.
2.Verticulture
Verticultur adalah usaha pertanian dengan memanfaatkan semaksimal mungkin ruang dalam pengertian 3 dimensi, di mana dimensi tinggi (vertikal) dieksploitasi sehingga indeks panen per satuan luas lahan dapat dilipatgandakan dengan cara bertanam tanaman dengan media selain tanah pada bak-bak tanaman yang diatur bertangga (Cascade planting) --- struktur etage bouw pada pekarangan.
Bertanam dalam pot-pot gantung yang mengisi penuh ruang, yang tahan teduh di bawah dan yang lebih suka panas diletakkan di atas.
3.Tabulampot
Menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman lainnya: bunga) di dalam pot. Dengan syarat media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan aerasi yang baik.
Pot yang kurang baik, aerasi kurang dilaporkan kurang menguntungkan untuk perkembangan akar.
Menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman lainnya: bunga) di dalam pot. Dengan syarat media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan aerasi yang baik.
Pot yang kurang baik, aerasi kurang dilaporkan kurang menguntungkan untuk perkembangan akar.
Pemanfaatan
Pekarangan Pola KRPL :
Pola Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan aktualisasi pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal dengan maksimalisasi produktivitas lahan lain yang ada di lingkungannya untuk pengembangan ketersediaan pangan yang beranekaragam tiap rumah tangga dalam suatu wilayah desa/ dusun/ kampung.
Konsep KRPL yang ditumbuh kembangkan mempunyai pengertian sebagai kawasan/ wilayah yang dibangun dari beberapa Rumah Pangan Lestari, yakni unit – unit rumah tangga yang menerapkan prinsip pemanfaatan pekarangan secara optimal yang ramah lingkungan dan ditopang pula oleh maksimalisasi produktivitas lahan di luar pekarangan di dalam kawasan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya berbasis partisipatif aktif dan kolektifitas/ terintegrasi dalam masyarakatnya.
Pada hakekatnya KRPL ini merupakan suatu gerakan sekelompok masyarakat yang mandiri untuk meningkatkan kapasitas kemandirian pangannya (aspek ketersediaan, akses, dan keaneka ragaman pangan) secara bersama/ terintegrasi/ kolektifitas melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan sekitarnya secara optimal. Oleh karena itu untuk mewujudkan suatu KRPL di suatu daerah/ wilayah (dalam satuan desa/ dusun/ kampung) selain diperlukan sentuhan terhadap aspek teknis produksi dan ekonomi (technology and economic approach) melainkan juga yang tidak kalah urgensinya adalah adanya sentuhan perekayaan sosial yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan peningkatan kapasitas SDM masyarakatnya untuk aplikasi inovasi teknologi pertanian unggul mendukung RPL yang sehat dan bergizi.
Target yang ingin dicapai dalam menumbuh kembangkan KRPL adalah :
Pola Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan aktualisasi pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal dengan maksimalisasi produktivitas lahan lain yang ada di lingkungannya untuk pengembangan ketersediaan pangan yang beranekaragam tiap rumah tangga dalam suatu wilayah desa/ dusun/ kampung.
Konsep KRPL yang ditumbuh kembangkan mempunyai pengertian sebagai kawasan/ wilayah yang dibangun dari beberapa Rumah Pangan Lestari, yakni unit – unit rumah tangga yang menerapkan prinsip pemanfaatan pekarangan secara optimal yang ramah lingkungan dan ditopang pula oleh maksimalisasi produktivitas lahan di luar pekarangan di dalam kawasan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya berbasis partisipatif aktif dan kolektifitas/ terintegrasi dalam masyarakatnya.
Pada hakekatnya KRPL ini merupakan suatu gerakan sekelompok masyarakat yang mandiri untuk meningkatkan kapasitas kemandirian pangannya (aspek ketersediaan, akses, dan keaneka ragaman pangan) secara bersama/ terintegrasi/ kolektifitas melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan sekitarnya secara optimal. Oleh karena itu untuk mewujudkan suatu KRPL di suatu daerah/ wilayah (dalam satuan desa/ dusun/ kampung) selain diperlukan sentuhan terhadap aspek teknis produksi dan ekonomi (technology and economic approach) melainkan juga yang tidak kalah urgensinya adalah adanya sentuhan perekayaan sosial yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan peningkatan kapasitas SDM masyarakatnya untuk aplikasi inovasi teknologi pertanian unggul mendukung RPL yang sehat dan bergizi.
Target yang ingin dicapai dalam menumbuh kembangkan KRPL adalah :
1.Meningkatkan keaneka ragaman dan keseimbangan pangan masyarakat dalam kawasan yang ditunjukkan dengan meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH) di wilayah kawasan.
PPH adalah komposisi ideal kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan enersi dan zat gizi lainnya (FAO, 1989). Skor PPH yang diharapkan adalah 93% pada tahun 2014, sedang per 2010 masih 86,4%. Angka Kecukupan Enersi per kapita adalah minimal 2000 kkal/ hari, dan konsumsi protein adalah sebesar 52 gram/hari.
2.Penurunan pangsa pengeluaran pangan tingkat rumah tangga (P3RT)
Semakin kecil (prosentase) P3RT, maka semakin mantap aspek ketahanan pangan/ kemandirian pangannya.
Dalam kerangka strategi implementasi KRPL, khususnya dalam aspek pembinaan, maka rumah tangga/ KK sasaran dalam kawasan dikelompokan menjadi beberapa strata berdasarkan luasan lahan pekarangan yang dikuasai setiap KK. Pengstrataan KK ini bersifat spesifik lokasi.
Sebagai contoh Model KRPL di Dusun Jelok Desa Kayen Kecamatan/ Kabupaten Pacitan dibuat 3 (tiga) strata, yaitu :
a.Strata1
Luas pekarangan < 100 m2 , atau tanpa pekarangan (hanya teras rumah) dengan
teknik budidaya dan alokasi Pot polibag / vertikultur ; kolam tong
dengan komoditas:
Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Sawi, kenikir, bayam, Kangkung dsb
Toga: Laos, jahe, kencur, sirih
Ikan air tawar: seperti ikan lele, ikan Nila, ikan gurami dsb.
b.Strata 2
Luas pekarangan 100– 300 m2 (kategori sedang) dengan teknik budidaya dan alokasi Pot polibag / vertikultur, bedengan/ sorjan disisi batas pekarangan, kandang ayam sistim ren dan kolam ikan terpal dengan komoditas:
Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Sawi, Kenikir, Bayam, Kangkung dsb.
Toga: Laos, jahe, kencur, sirih
Umbi-2 an : Ubi jalar, ubi kayu,Talas,Mbote, garut dan lainnya yang mempunyai pangsa pasar dan subtitusi sumber karbodhidrat.
Ayam buras
Ikan air tawar: ikan lele, Nila
c.Strata 3
Luas pekarangan > 300 m2 (kategori luas) dengan teknik budidaya dan alokasi Pot polibag / vertikultur, bedengan/ sorjan disisi batas pekarangan, hamparan, kandang ayam sistim ren, kandang kambing dan kolam terpal/tanah dengan komoditas:
Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Sawi, kenikir, bayam, Kangkung dsb
Toga: Laos, jahe, kencur, sirih
Umbi-2 an : Ubi jalar, ubi kayu,Talas,Mbote, garut dan lainnya yg mempunyai pangsa pasar dan subtitusi sumber karbohidrat.
Ayam buras
Ikan air tawar: ikan lele, Nila
buah-buahan: Nenas, pisang, jeruk manis, mangga unggulan, pepaya, sawo dsb,
tanaman pakan ternak (leguminose)
pagar hidup
Dengan mengoftimalkan pemanfaatan Pekarangan melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga dan dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga
Sumber :
Sabir Tato (Widyaiswara Muda BBPP Batu)
Tulisan keren kak,saya penjual motor si Tulungagung, kediri dan Trenggalek. Klik disini
BalasHapus