Pada
tanggal 12 Maret 2021 bertempat di lahan persawahan padi kelompok tani Bangun
Lestari I desa Mangunsari, dilaksanakan kegiatan pengendalian penyakit hawar
daun bakteri. Penyakit hawar daun bakteri dapat menyebabkan kerusakan pada
tanaman padi sehingga berujung pada penurunan hasil produksi. Pengendalian
penyakit hawar daun bakteri tersebut dilakukan dengan penyemprotan fungisida Sultricob WP 93 pada tanaman padi. Kegiatan tersebut diikuti oleh anggota
kelompok tani Bangun Lestari I, petugas POPT, Penyuluh Pertanian Lapangan dan
juga Koordinator BPP Kecamatan Kedungwaru.
Kegiatan
diawali dengan pembekalan informasi yang berisi jenis pestisida yang akan
digunakan dan takaran dosis yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan luasan
lahan. Pembekalan disampaikan oleh pembimbing lapang.
“Pestisida yang digunakan merknya Sutricob. Sutricob ini mengandung 93% fungisida dan sisanya tepung. 1/2
bungkus dapat dilarutkan pada 60 liter air.” Jelas bapak Suhartoyo pembimbing
lapang POPT BPP Kedungwaru.
Setelah pembekalan, kemudian dilakukan
pelarutan pestisida Sutricob pada 60
liter air didalam drum. Pada saat melarutkan pestisida sebaiknya menggunakan
masker, dengan tujuan agar tidak terhirup dan berdampak pada kesehatan. Selanjutnya
para petani mengambil larutan yang kemudian dimasukkan kedalam alat
penyemprotan dan langsung disemprotkan pada tanaman padi yang dibudidayakannya.
Penyakit
hawar daun bakteri (HDB) atau yang biasa dikenal kresek merupakan salah satu
penyakit utama pada tanaman padi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae. Penyakit
ini dapat menginfeksi tanaman padi sejak fase vegetatif hingga fase generatif,
yaitu mulai dari fase pesemaian hingga menjelang panen. Patogen menginfeksi
tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau melalui lubang alami
berupa stomata dan merusak klorofil daun, sehingga menurunkan kemampuan tanaman
untuk berfotosintesis. Apabila hal ini terjadi pada fase generatif maka proses
pengisian gabah kurang sempurna (Sudir, 2012).
🌾Gejala Serangan
Gejala
yang ditimbulkan oleh bakteri ini yaitu mulai dari terbentuknya garis berwarna
keabu-abuan pada helaian daun yang akan berubah menjadi kuning kemudian putih.
Gejala ini umum dijumpai pada stadium anakan, berbunga, dan pemasakan. Serangan
penyakit pada tanaman yang masih muda dinamakan kresek, yang dapat menyebabkan
daun berubah menjadi kuning pucat, layu, dan kemudian mati. Kresek merupakan
bentuk gejala yang paling merusak. Perkembangan penyakit hawar daun bakteri
dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama kelembapan, suhu dan cara budidaya,
varietas dan pemupukan N. (Wahyudi, et.al., 2011).
🌾Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit
bakteri padi relatif sulit dikendalikan, karena patogen beragam dan sifat
genetiknya mudah mengalami mutasi, terutama virulensinya terhadap varietas
padi. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit hawar daun
bakteri pada padi sawah menurut Yanti, et.al (2018), antara lain:
- Menanam varietas yang tahan terhadap serangan hawar daun bakteri. Varietas tahan lebih aman digunakan karena tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.
Mengaplikasikan fugisida sintetik.
Fungisida sintetik diaplikasikan ketika serangan penyakit sudah melebihi ambang
batas.
Mengurangi penggunaan pupuk N dengan
dosis yang tinggi. Tanaman dengan penggunaan pupuk N dengan dosis yang tinggi
tanpa diimbangi penggunaan pupuk Kalium akan menyebabkan tanaman menjadi
lebih rentan terhadap penyakit hawar
daun bakteri.
Sanitasi lahan dan pergiliran tanaman
yang bukan inang patogen.
Diharapkan dengan kegiatan penyemprotan ini dapat mencegah datangnya penyakit hawar daun bakteri dan tanaman padi yang dibudidayakan petani dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal sehingga petani mendapatkan hasil panen yang menguntungkan.