Kalimat ini menggugah ingatan kita pada era 80 an,
sebuah judul lagu yang dinyanyikan oleh almarhum Brurry Pesolima. “Semangka berdaun sirih “ satu
kalimat dua kata yang sama-sama tanaman menjalar, namun sangat berbeda produk yang dihasilkan, kalau semangka hasil buah manis menyegarkan, dan sirih hasil daun rasa petar sedikit pedas. Ungkapan inilah yang menggelitik saya untuk mengangkat karena banyak petani jatuh bangun karena semangka.
Semangka jenis tanaman buah yang tidak
asing lagi bagi kita, banyak dibudidayakan oleh petani,walaupun padat modal dan
penuh resiko,namun banyak para petani yang membudidayakan, karena pada saat
tertentu harganya memang menggiurkan.Disini saya tidak mengungkap tentang teknologi dan budidayanya tanaman
semangka, namun tentang managemen pemasaran dan kemitraan antara pelaku utama (
petani ) dan pelaku usaha ( pedagang ).
Ada beberapa kasus tentang budidaya
dan kemitraan pemasaran semangka :
- Kemitraan berdasarakan tranfer teknologi
- Kemitraan pinjam sarana produksi
- Kemitraan bagi hasil
- Kemitraan dengan pedagang buah.
# Kemitraan dengan sistim transfer teknologi
dari fihak II yang sudah pengalaman dan punya teknologi,tentang budidaya
semangka dengan sistim bahwa nanti bila sudah panen fihak II minta jasa dari
petani antara 10 – 15 persen dari hasil bersih penjualan, petani yang punya
lahan masih menanggung beban ,biaya sarana produksi dan biaya operasional.
# Kemitraan dengan pinjam sarana produksi
dengan fihk II, dimana fihak ke II meminjami sarana produksi mulai dari
pengadaan bibit,pupuk,obat-obatan sampai biaya operasional dengan perjanjian
bila sudah panen petani harus mengembalikan semua pinjaman yang diberikan oleh
fihak II dan jasa bunga yang sudah disepakati awal ,masih ada embel-embel
pemasaran nya pun terikat oleh fihak II.
# Kemitraan bagi hasil,petani yang punya lahan
menanggung 50 persen sarana produksi, sedang
fihak II menanggung 50 persen
sarana produksi dan tenaga pengelolaan nya,bila sudah panen dibagi dua yaitu 50
persen untuk petani pemilik lahan, dan 50 persen untuk fihak penggarap, ini
masih mendingan kalau ada resiko kegagalan sama-sama menanggung tentang
pemasaran nya umumnya bebas,artinya siapapun yang mencari pedagang harus
sama-sama diketahui dan disepakati harga
yang di inginkan bersama.
# Kemitraan dengan pedagang buah,umumnya
pedagang buah tanaman belum waktu panen sudah mulai keliling ke para petani
yang menanam semangka, dengan dalih jual jasa menawari uang dengan syarat nanti
bila sudah saat panen hasilnya harus dijual kepada meraka ( pedagang
),celakanya bahkan bisa terjadi traksi jual
beli saat itu juga ( Sistim ijon ) ,kalau memang petani saat itu sangat
membutuhkan biaya, ironisnya tentang hargapun
pasti jauh lebih murah bila dijual pada saat buah sudah masak
Inilah nasib petani semangka, kalau
harga semangka pas baik dan tidak ada musibah, petani bisa tersenyum , merasakan manisnya buah semangka, tapi
kalau ada musibah ( serangan hama , penyakit dan bencana alam , hujan salah
mongso buah semangka siap panen bisa pecah semua berarti gagal total ) , maka
bukan manisnya rasa buah semangka yang dirasakan, namun pahit dan getirnya daun sirih
yang dirasakan. Nasib-nasib mengapa
Brurry Pesolima membuat ungkapan
“ SEMANGKA BERDAUN SIRIH “ bukan Semangka berdaun Dolar “
Tolong ikut memecahkan nasib petani semangka.
Oleh
peit
raharjo.
180612
hebat brow, kalo soal pecah semangka aku ahlinya he...he...he
BalasHapusMakasih respons anda tolong kalau emang ahlinya aku mau konsul lebih lanjut.
BalasHapus
BalasHapusTulisan keren kak,saya penjual motor si Tulungagung, kediri dan Trenggalek. Kami bekerja sama dengan banyak dealer Honda Tulungagung