Penduduk Indonesia 85 % bermukim di
pedesaan, kalau kita mendengar kalimat desa Asumsi dibenak kita pasti tanah
sawah dan pekarangan yang masih luas
,jauh dari keramian belum dijamah oleh listrik ,dan tehnologi modern namun
kenyataan tidak demikian kondisi sekarang
tak jauh berbeda antara kota dan desa,
sekarang tidak jarang desa - desa yang jalannya sudah mulus diaspal dan penerangan listrikpun sudah merambah sampai dipelosok pelosok pedesaan.
Sejalan dengan pesatnya
perkembangan di perkotaan dampaknya sangat dirasakan sampai di pedesaan,
terjadinya revolusi besar-besaran ada nya alih
fungsi lahan pertanian yang produktif
(sawah) berubah menjadi perumahan,perkantoran maupun pabrik-pabrik,
padahal lahan sawah selain menghasilkan padi dan polowijo juga mengasilkan
sayuran dan buah-buahan maka dengan
kejadian alih fungsi lahan pertanian sangat mengganggu akan kebutuhan bahan
pangan dan sayuran.
Hasil survey dari BPTP Jatim lahan sawah di Jawa Timur tiap tahun
diramalkan akan berkurang 10 Ha / Tahun,
maka pada tahun 2025 nanti diprediksi lahan sawah di Jawa Timur akan susut dan tinggal 60 % , artinya pertanian kedepan akan mengandalkan lahan Pekarangan/Karang kitri sebagai penghasil sayuran dan buah-buahan . Salah satu Program pembangunan pertanian di Jawa Timur yang sedang digarap adalah M-KRPL ((Model Kawasan Rumah Pangan Lestari ) dengan konsep Pemanfaatan
Pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan Pangan dan Gizi
Keluarga dalam mengurangi belanja
Rumah tangga tani
/ Peningkatan Pendapatan yang
pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Tiap
jengkal tanah kosong dimanfaatkan secara intensif dengan sentuhan tenohlogi untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, padahal
kebutuhan bahan pangan ,suyuran dan b
uah-buahan semakin tahun cenderung terus
meningkat, maka untuk memenuhi kebutuhan
tersebut hanya lahan Pekarangan satu
satunya harapan kita .
Lahan pekarangan dipedesaan,
selain berfungsi untuk pemukiman masih
banyak dijumpai ada sisa tanah yang relatif masih luas ,b ila dibanding dengan
perkotaan dan perumahan jangankan sisa tanah halaman
pun sudah tidak ada , kondisi lahan pekarangan dipedesaan relatif masih
belum dimanfaatkan secara maksimal untuk tanaman sayuran maupun
buah-buahan,bahkan sangat eronis sekali
bahwa ibu-ibu dipedesaan akan masak sayur masih menunggu datangnya bakul
sayuran mestinya terjadi sebaliknya
harus menjual selebihnya dikonsumsi sendiri kalau benar-benar lahan pekarangnya dimanfaatkan secara
intensif.
Wahai para penyuluh dipundak
kita tugas menunggu ,
mari kita kerja saling bahu membahu , lintas sektoral tidak pandang bulu ,membuat goresan tinta biru , Mari kita garap desa maupun kota, untuk mencukupi
kebutuhan pangan para warga , Kita gali mutiara terpendam di pekarangan kita , buah dan sayuran tidak
usah belanja , kalau benar mau kita berusaha, memanfaatkan lahan pekarangan
yang tersisa,mari kita gerak kan petani didesa maupun kota, untuk
menenam sayur dan buah , tanaman
organik bebas pestisida , aman
dikonsumsi sehatlah genearsi petani pendapatan
meningkat hidup sejahtera.
Ini bukan sulap bukan sihir ,tapi
bukan suatu hal yang mustahil
Ini
bukan mimpi yang basi tapi sungguh bisa terjadi, petani
ingin bukti kita bina dan fasilitasi,dengan jurus-jurus tehnologi tentang
budidaya sayuran dan buah-buahan dilahan
pekarangan,khususnya di desa . Untuk lahan pekarangan yang cukup luas
kita seting tidak hanya untuk tanaman sayuran saja, tapi lebih dari itu bisa
kita manfaatkan untuk ternak ayam buras semi intensif kita buat kandang berpagar keliling,agar
tidak merusak tanaman sayuran , dan bila sumber air mudah juga bisa kita
manfaatkan untuk kolam ikan , dari hasil ternak ayam buras berupa telor dan
daging dan hasil kolam ikan, merupakan sumber protein hewani yang sangat
dibutuhkan untuk kesehatan dan pertumbuhan pada anak-anak balita.
Bagaimana untuk wilayah perkotaan atau perumahan,jangankan lahan kosong
halamanpun tidak ada ,namun masih bisa kita upayakan untuk menghasilkan
sayuran, dengan cara penanaman sayuran di pot atau poly bag , dibuatkan
para-para sebagai tempat dan diatur
sedemikian rupa sehingga tidak semata-mata
sekedar tanaman sayuran tapi lebih dari itu juga sebagai tanaman hias dan penyejuk pemandangan .
Tujuan Gerakan menanam sayuran baik di
pedesaan maupun diperumahan/perkotaan adalah :
-Meningkatkan SDM masyarakat baik
didesa paupun di perkotaan, untuk mau menanam sayuran.
-Mencukupi kebutuhan bahan
pangan khususnya sayuran dan buah-buahan,sehingga terpenuhi kecukupan gizi keluarga.
-Menghemat pengeluaran,anggaran untuk belanja sayuran
bisa ditabung
-Sayuran produk sendiri sehat
dan aman dikonsumsi karena tanpa pestisida
.
Budaya menabung, ini suatu hal yang
mudah diucapkan, namun sulit dilakukan,tidak usah jauh kita sendiri untuk
menabung prakteknya masih sulit, umumnya istilah menabung itu adalah : menabung dulu lalu diambil kemudian dikala
kita butuh, ini istilah kuno tapi
dizaman modern ini ambil dulu nabung kemudian alias kontrak hutang dulu.
Untuk para ibu-ibu tani didesa bagaimana apa bisa menabung, pinjam istilah Bpk.
SBY “ B I S A “ bagaimana
caranya. Coba kita cermati setiap pagi semua ibu-ibu pasti butuh bahan untuk
masak,baik sayuran dan lauk pauk, contoh untuk keluarga kecil pengeluaran setiap hari
khusus untuk sayuran ( Bayam,kakung,kacang panjang,lombok ,tomat dll) Taruhlah Rp 1.500 , untuk sayuran saja maka dalam 1
bulan ibu-ibu rumah tangga harus mengeluarkan
belanja sebanyak Rp 45.000, kalau
sayuran dan lain nya sudah bisa dipenuhi
dari hasil kebun sendiri atau tanaman dipot, maka ibu2 tani bisa menghemat anggaran untuk
belanja sayuran bisa ditabung .
Oleh : piet raharjo
Wajib dicoba ya.... :-)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMakasih responsnya atas tulisan ini,mungkin belum sesuai dgn kaidah-2 jurnalistik aku mohon saran & petunjuk lebih lanjut demi benarnya tulisan ini .
BalasHapus
BalasHapusTulisan keren kak,saya penjual motor si Tulungagung, kediri dan Trenggalek. Kami bekerja sama dengan banyak dealer Honda Tulungagung